Tuhan menciptakan dunia ini tak ada yang
kekal, kecuali proses alami
yang mendukung siklus kehidupan makhluk hidup itu sendiri. Semua berputar datang silih berganti atau berubah wujud,
seperti air, dari cair menjadi uap, atau menjadi benda padat (es). Demikian pula proses alami lain, perlu
dijaganya kondisi lingkungan yang bisa tetap menampung berbagai proses tersebut sedemikian rupa, supaya proses
alami tetap berlangsung dan tetap mampu mendukung kehidupan secara lokal, nasional, regional dan global. Salah
satu bentuk komitmen itu adalah pembangunan lingkungan binaan yang
berkelanjutan.
Bumi, planet tempat manusia berdiam kini
telah mengalami perubahan menuju krisis lingkungan yang mengancam kelertarian
bumi dan kehidupan manusia, demikian pula di Indonesia ini. Ironisnya semua
kerusakan dan pencemaran lingkungan tersebut adalah akibat kegiatan manusia
yang mengabaikan fungsi kelestarian lingkungan. Kebangkitan kesadaran manusia
untuk menyelamatkan bumi dilakukan dengan berbagai cara, kata-kata Lingkungan
Hidup dan Hijau (Green) menjadi kata-kata sakti saat ini. Maka menjamurlah istilah kota berwawasan
lingkungan, kota ramah lingkungan, kota berkelanjutan, kota hijau dan lain
sebagainya.
Bagaimana
seharusnya manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam sekitar sebagai bagian dari
kehidupan budaya manusia? Kita sebagai manusia harus mengedepankan hubungan
keselarasan antara manusia dengan Pencipta, dengan sesama mahluk hidup lain dan
lingkungan. Sikap ini melahirkan persepsi, bahwa segala sesuatu di bumi ini
bernyawa, sehingga kita tak boleh semena-mena merusaknya. Dengan demikian, kita
akan sangat hati-hati mengubah alam ini, itupun hanya bila benar-benar
diperlukan, yaitu untuk mendukung kelanjutan hidup, semoga!.
No comments:
Post a Comment