Green Building adalah bangunan yang menerapkan
prinsip sustainability/ keberlanjutkan
dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini merupakan hal baru
di Indonesia. Di dunia internasional, baik di Eropa, Amerika maupun Asia
Tenggara, konsep green sudah mulai diadaptasi dan telah menjadi praktik umum.
Karena itu, di era globalisasi ini, praktik green
building pada industri bangunan menjadi tinggi urgensinya, terutama bagi
perusahaan multinasional yang berhubungan dengan masyarakat internasionaldan
harus memenuhi standar mereka.Predikat ini sudah menjadi suatu label yang yang
dikenali sebagai penjaminan bagi suatu gedung yang berkualitas tinggi dan
memiliki pengaruh negatif yang lebih sedikit pada lingkungan hidup di sekitarnya.
Sistem rating
GREENSHIP yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang merupakan alat bantu bagi para
pelaku industri bangunan, baik pengusaha, pengembang, arsitek dan engineers, maupun pelaku lainnya dalam
menerapkan “best practices” dan
mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama
tenant dan pengguna bangunan.
Standar yang
ingin dicapai dalam penerapan GREENSHIP adalah terjadinya suatu bangunan hijau
(green building) yang ramah
lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan
pemeliharaan sehari-hari.
Kriteria penilaiannya dikelompokan
menjadi enam kategori, yaitu :
Tepat Guna Lahan : Lahan yang dibangun diharapkan
berasal dari peruntukan yang diberikan, misalnya jangan sampai lahan untuk area
resapan air disalahgunakan untuk area pembangunan karena itu akan mengganggu
ketersediaan sumber air dan arah aliran air.
Efisiensi Energi dan refrigerant : Diajurkan untuk
menggunakan material pendukung untuk tercapainya bangunan hemat energi,
misalnya menggunakan lampu hemar energi, menggunakan energi alternatif sebagai
pengganti energi utama (PLN) seperti penggunaan energi tenaga surya (Solar Cell), Tenaga Angin (Wind Turbine), dan lain-lain.
Konservasi air : Mengunakan air seperlunya dan
mengontrol siklus penggunaan air, contoh : semakin memperkecil pembuangan air
ke riol kota dengan maksud disediakannya sebuah sistem daur ulang air kotor
yang masih bersih, contoh air wudhu yang dirasa masih dikategorikan air bersih
masih dapat diolah untuk digunakan kembali sehingga penggunaan air dapat
dihemat lebih maksimal.
Sumber
dan siklus material
: Pengunaan material yang terbaharukan dan seefisien mungkin merupakan kriteria
pengukuran dalam rating green building.
Material
sangat diutamakan diambil dari wilayah setempat (local content) melihat besarnya energi yang dikeluarkan dalam
melakukan perjalan untuk mengirim material ke tempat tujuan atau yang sering
dikenal Footprint Carbon (jejak
karbon).
Kualitas udara dan kenyamanan ruang : Masalah ini sangat
berpengaruh pada segi desain, yaitu bagaimana perhatian tentang sirkulasi
udara, perhatian tentang kuat terang pencahayaan baik itu yang dihasilkan oleh
alami maupun pencahaan buatan.
Management
Lingkungan bangunan
: Menghindari polusi berlebih dalam proses pelaksanaan pembangunan, maupun pada
saat menempati bangunan.